Nama anggota kelompok :
Wiwit
Ari Wibowo 18210572
Prima
Mirza Permana 15210388
Minarwan.F.H 19210147
Judul :
Ekonomi
Pembangunan Terhadap Pengangguran di Indonesia
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Pengangguran di Negara-negara berkembang seperti Indonesia,
dalam pembangunan ekonomi di Negara seperti ini pengangguran yang semakin
bertambah jumlahnya merupakan masalah yang lebih rumit dan lebih serius
daripada masalah perubahan dalam distribusi pendapatan yang kurang
menguntungkan penduduk yang berpendapatan terendah. Keadaan di Negara-negara
berkembang dalam beberapa dasawarsa ini menunjukan bahwa pembangunan ekonomi
yang telah tercipta tidak sanggup mengadakan kesempatan kerja yang lebih cepat
daripada pertambahan penduduk yang berlaku. Oleh karenanya, masalah
pengangguran yang mereka hadapi dari tahun ke tahun semakin bertambah serius.
Pengangguran
terjadi disebabkan antara lain, yaitu karena jumlah lapangan kerja yang
tersedia lebih kecil dari jumlah pencari kerja. Juga kompetensi pencari kerja
tidak sesuai dengan pasar kerja. Selain itu juga kurang efektifnya informasi
pasar kerja bagi para pencari kerja. Fenomena pengangguran juga berkaitan erat
dengan terjadinya pemutusan hubungan kerja, yang disebabkan antara lain;
perusahaan yang menutup/mengurangi bidang usahanya akibat krisis ekonomi atau
keamanan yang kurang kondusif; peraturan yang menghambat inventasi; hambatan
dalam proses ekspor impor, dan lain-lain.
Masalah
pengangguran akan menimbulkan dampak yang negatif bagi kelangsungan hidup
berbangsa dan bernegara. Dampak negatif dari pengangguran adalah kian
beragamnya tindakan kriminal, makin banyaknya jumlah anak jalanan, pengemis,
pengamen perdagangan anak dan sebagainya sudah menjadi patologi sosial atau
kuman penyakit sosial yang menyebar bagaikan virus yang sulit di berantas.
Penyakit sosial ini sangat berbahaya dan menghasilkan korban-korban sosial yang
tidak bernilai. Menurunnya kualitas sumber daya manusia, tidak di hargainya
martabat dan harga diri manusia yang merupakan korban sosial dari penyakit
sosial. Oleh karena itu, persoalan pengangguran ini harus secepatnya di
pecahkan dan dicari jalan keluarnya. Namun demikian, perlu disyukuri karena
kondisi ketenagakerjaan di Indonesia dalam satu tahun terakhir atau hingga
kuartal pertama tahun 2010 menunjukkan adanya sedikit perbaikan. Hal ini
digambarkan dengan adanya peningkatan kelompok penduduk yang bekerja serta
menurunnya angka pengangguran. Pada kuartal pertama tahun 2010 jumlah angkatan
kerja mencapai 116 juta orang naik 2,26 juta orang dibandingkan dengan tahun
sebelumnya kuartal yang sama tahun 2009 yang sebesar 113,74 juta orang.
Sedangkan penduduk yang bekerja juga terjadi peningkatan, pada kuartal pertama
tahun 2010 mencapai 107,41 juta orang naik dari kuartal pertama tahun 2009
sebesar 2,92 juta orang yang sebelumnya 104,49 juta orang. Sementara itu, untuk
jumlah pengangguran di Indonesia pada kuartal pertama tahun 2010 mencapai 8,59
juta orang atau 7,41 persen dari total angkatan kerja, mengalami penurunan
sekitar 670 ribu orang jika di bandingkan dengan tahun sebelumnya atau kuartal
pertama tahun 2009 yang sebesar 8,14 persen.
Naiknya
jumlah penduduk yang bekerja pada kuartal pertama tahun 2010 ini terutama di
sektor jasa kemasyarakatan yakni sebesar 1,62 juta orang (11,52 %) dan di
sektor pertanian sebesar 1,22 juta orang (2,92 %). Sedangkan sektor yang
mengalami penurunan yakni sektor konsumsi sebesar 11,70 persen dan sektor
transportasi sebesar 4,91 persen. Dengan demikian sektor jasa kemasyarakatan,
industri dan perdagangan menjadi penyumbang terbesar penyerapan tenaga kerja
pada kuartal pertama tahun 2010.Penduduk yang bekerja menurut status pekerjaan.
Secara
sederhana kegiatan formal dan informal dari penduduk yang bekerja dapat
diidentifikasi berdasarkan status pekerjaan. Dari kategori status pekerjaan
utamapekerja formal mencakup kategori berusaha dengan dibantu buruh tetap dan
kategori buruh/karyawan, sisanya termasuk pekerja informal. Berdasarkan data
dari Badan Pusat Statistik pada kuartal pertama tahun 2010 sebanyak 33,74 juta
(31,42%) pekerja Indonesia bekerja pada kegiatan/sektor formal ada 73,67 juta
orang (68,58%) bekerja pada sektor informal. Dari 107,41 orang yang bekerja
pada waktu yang sama, status pekerja utama yang terbanyak sebagai
buruh/karyawan yakni mencapai 30,72 juta atau sekitar 28,61 persen, kemudian
diikuti berusaha dibantu buruh tidak tetap (buru harian/borongan) sebesar 21,92
juta orang atau 20,41 persen dan berusaha sendiri sejumlah 20,46 juta orang
atau 19,05% sedangkan sisanya adalah berusaha dibantu buruh tetap.
Penduduk
bekerja menurut pendidikan.Jumlah penduduk yang bekerja menurut pendidikan
tertinggi yang ditamatkan untuk semua golongan pendidikan mengalami kenaikan,
di mana pada kuartal pertama tahun 2009 pekerja yang bekerja dengan tamatan
Universitas sebanyak 4,22 juta orang, untuk kuartal yang sama tahun 2010
meningkat menjadi 4,94 juta orang. Sementara untuk tenaga kerja yang bekerja
dengan tamatan Diploma 1/11/ III pada kuartal pertama tahun 2009 sebanyak 2,68
juta orang pada kuartal yang sama tahun 2010 naik menjadi 2,89 juta orang
sementara untuk pekerja dengan pendidikan terakhir sekolah menengah kejuruan
juga terjadi peningkatan, pada kuartal pertama tahun 2009 sebanyak 7,19 juta
orang untuk kuartal yang sama tahun 2010 meningkat menjadi 8,34 juta orang.
Sementara
pada waktu yang sama, pekerja pada jenjang pendidikan Sekolah Dasar ke bawah
masih tetap tinggi yakni sekitar 55,31 juta orang, sedangkan jumlah pekerja
dengan pendidikan tinggi masih relatif kecil. Pekerja dengan pendidikan diploma
sekitar 2,69 persen dan pekerja dengan pendidikan sarjana hanya sebesar 4,60
persen.Pemerintah pada tahun 2010 menargetkan angka pengangguran di Indonesia
menjadi 8 persen, untuk memenuhi target tersebut pemerintah menargetkan
pertumbuhan ekonomi Indonesia sebesar 5-6 persen dengan pertumbuhan ekonomi
tersebut diharapkan bisa menciptakan 2,3 juta lapangan kerja baru. Namun pada
waktu yang bersamaan juga akan masuk angkatan kerja baru sekitar 2,1 juta
orang.
Dengan
target pemerintah pada tahun 2010 angka pengangguran di Indonesia menjadi 8
persen, jika dilihat dari data yang ada di BPS pada kuartal pertama tahun 2010
sudah bisa dikatakan berhasil, sebab menurut data yang ada di mana angka
pengangguran hanya sebesar 7,41 persen atau 8,59 juta orang.YanQ menjadi
pertanyaan dengan keberhasilan kuartal 1/2010 apakah angka tersebut bisa di
pertahankan hingga akhir tahun 2010 !.. , mengingat pada kuartal ketiga
merupakan masa-masa lulusan sekolah dan pada waktu yang bersamaan akan
menciptakan angkatan kerja baru yang mencapai 2,1 iuta orang. Oleh karena itu,
guna menanggulangi lonjakan angkatan kerja baru serta mengurangi angka
pengangguran perlu dilakukan sebuah langkah/cara yang kongkrit. Salah satu cara
yang realistis dalam jangka pendek yakni dengan memberdayakan sektor informal,
padat karya dan menciptakan jiwa kewirausahaan bagi kaum muda sehingga akan
bisa menciptakan pengusaha baru, di samping strategi jangka panjang seperti
pemerataan pertumbuhan ekonomi di wilayah melalui kebijakan desentralisasi.
Sektor informal dinilai sangat membantu menyerap orang-orang yang menganggur
tetapi kreatif dan menjadi pereda di tengah pasar global. Namun bukan berarti
sektor formal di abaikan. Jika ternyata sektor informal ternyata dapat menjawab
sebagian dari masalah pengangguran yang di hadapi bangsa ini, maka sudah
waktunya sektor informal didukung oleh pemerintah dengan menyiapkan anggaran.
Anggaran ini bisa digunakan untuk dijadikan modal pengembangan usaha ekonomis
produktif bagi pekerja-pekerja informal serta bisa dijadikan modal untuk
merintis usaha baru. ( Mn ) Penelitian Biro Pusat Statistik (BPS) membedakan angkatan
kerja menjadi penduduk yang bekerja dan penduduk yang mencari pekerjaan atau
dapat di sebut sebagai pengangguran terbuka. Pengertian BPS tentang angkatan
kerja adalah penduduk usia kerja (10 tahun ke atas) yang bekerja atau punya
pekerjaan sementara tidak bekerja dan yang mencari pekerjaaan. Sedangkan yang
di maksud bukan angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yang kegiatannya
tidak bekerja maupun mencari kerja. Mereka adalah penduduk dengan kegiatan
sekolah, menjurus rumah tangga tanpa mendapat upah dan tidak mampu melakukan
kegiatan seperti pension atau cacad jasmani.
Data
yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) ini sangat boleh jadi masih
lebih rendah daripada kenyataan riil yang ada di lapangan. Bisa saja dalam
kenyataannya angka pengangguran di Indonesia masih lebih tinggi dari data dan
angka resmi itu.
B.
Rumusan Masalah
1.
Apa yang menjadi masalah pengangguran di Indonesia?
2.
Bagaimana keadaan pengangguran di Indonesia?
3.
Apakah pengangguran mengakibatkan kemiskinan?
C.
Tujuan Penelitian
Tujuan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui seberapa besarnya pengangguran yang
terjadi di Indonesia khususnya Jakarta,masalah dan keadaan pengangguran, serta
untuk mengetahui factor-faktor apa saja yang menimbulkan terjadinya pengangguran
dan juga untuk mengetahui bagaiamana sikap pemerintah dalam mengatasi
pengangguran.
D.
Manfaat Penelitian
Penelitian
ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi :
1.Penulis
Karena
dengan tugas ini dapat menambah pengetahuan serta wawasan bagi si penulis
mengenai masalah pengangguran yang ada dinegara kita yang semakin tahun semakin
meningkat jumlahnya akibat dari beberapa faktor,baik dari dalam maupun dari
luar.
2.Masyarakat
Masyarakat
juga dapat mengetahui penyebab apa saja yang menimbulkan pengangguran serta
masyarakat juga dapat bertindak langsung dalam upaya mengatasi masalah
pengangguran.
3.Mahasiswa
Mahasiswa
mendapat pengalaman dalam meenyusun karya ilmiah dengan cara merevisi ulang.
BAB
II
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Pada 2002: usia kerja (148,730 juta),
angkatan kerja (100,779 juta), penduduk yang kerja (91,647 juta), penganggur
terbuka (9,132 juta), setengah penganggur terpaksa (28,869 juta), setengah
penganggur sukarela tidak diketahui jumlah pastinya. Hingga tahun 2002 saja
telah banyak pengangguran, apalagi di tahun 2003 hingga 2007 pasti jumlah
penggangguran semakin bertambah dan mengakibatkan kacaunya stabilitas
perkembangan ekonomi Indonesia.
Untuk itu, mengatasi pengangguran dapat dilakukan dengan cara berikut.
Untuk itu, mengatasi pengangguran dapat dilakukan dengan cara berikut.
• Memperluas dan membuka lapangan
pekerjaan.
• Bagi individu yang mampu (wiraswasta),
membuka usaha baik skala kecil maupun besar. Hal ini mampu memperkecil tingkat
pengangguran dan membuka lapangan pekerjaan baru.
• Mengadakan bimbingan, penyuluhan dan keterampilan tenaga kerja, menambah keterampilan, dan meningkatkan pendidikan.
• Mengadakan bimbingan, penyuluhan dan keterampilan tenaga kerja, menambah keterampilan, dan meningkatkan pendidikan.
Serta perlunya ada Rekomendasi yaitu :
1.Pemerintah harus bisa mengeluarkan
kebijakan yang bisa terciptanya lapangan pekerjaan, serta menjalankan kebijakan
yang konsisten tersebut dengan sungguh-sungguh sampai terlihat hasil yang
maksimal.
2.Pemerintah memberikan penyuluhan,
pembinaan dan pelatihan kerja kepada masyarakat untuk bisa menciptakan lapangan
pekerjaan sendiri sesuai dengan kemampuan dan minatnya masing-masing untuk
mengembangkan kompetensi kerja guna meningkatkan kemampuan, produktifitas dan
kesejahteraan.
B.
Pembahasan
Definisi pengangguran
secara teknis adalah semua orang dalam referensi waktu tertentu, yaitu pada
usia angkatan kerja yang tidak bekerja, baik dalam arti mendapatkan upah atau
bekerja mandiri, kemudian mencari pekerjaan, dalam arti mempunyai kegiatan
aktif dalam mencari kerja tersebut.
Pengangguran adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan.
Pengangguran umumnya
disebabkan karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan
pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam
perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan
masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan
masalah- masalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat
dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan
kerja yang dinyatakan dalam persen. Pengangguran terjadi disebabkan antara
lain, yaitu karena jumlah lapangan kerja yang tersedia lebih kecil dari jumlah
pencari kerja. Juga kompetensi pencari kerja tidak sesuai dengan pasar kerja.
Selain itu juga kurang efektifnya informasi pasar kerja bagi para pencari kerja
Masalah pengangguran dan setengah pengangguran tersebut di atas salah satunya
dipengaruhi oleh besarnya angkatan kerja. Angkatan kerja di Indonesia pada tahun 2002
sebesar 100,8 juta orang. Mereka ini didominasi oleh angkatan kerja usia
sekolah (15-24 tahun) sebanyak 20,7 juta. Pada sisi lain, 45,33 juta orang
hanya berpendidikan SD kebawah, ini berarti bahwa angkatan kerja.di.Indonesia.kualitasnya.masih.rendah.
Tanggal 17 Oktober lalu komunitas global baru saja merayakan hari anti
kemiskinan se-dunia. Akan tetapi di negeri ini, kemiskinan adalah simbol sosial
yang nyaris absolut dan tak terpecahkan. Sejak masa kolonial hingga saat ini,
predikat negeri miskin seakan sulit lepas dari bangsa yang potensi kandungan
kekayaan alamnya terkenal melimpah. Cerita pilu kemiskinan seakan kian lengkap
dengan terjadinya berbagai musibah alam dan bencana buatan: gempa bumi,
tsunami, lumpur panas Lapindo, dan kebakaran hutan yang diikuti kabut asap.
Kantung-kantung kemiskinan di negeri ini kian hari kian menyebar bak virus
ganas, mulai dari lapis masyarakat pedesaan, kaum urban perkotaan, penganggur,
hingga ke kampung-kampung nelayan
a. Sikap
Pemerintah
Menangani Lapangan Pekerjaan Sikap
Pemerintah pada saat bertambahnya para penganggur dan juga manusia-manusia yang
tidak berpendidikan yang menjadi salah satu penyebabnya.seharusnya pemerintah
membuka kursus untuk ketermpilan bagi masyarakat. Salah satunya ada dengan
meningkatkan peranan Balai Latihan Kerja (BLK)
b. Keterampilan
yang di sediakan
Seperti menjahit, bengkel, tata boga,
komputer, dan keterampilan lainnya yang diperlukan oleh hotel, perusahaan motor
bahkan instansi pemerintahan daerah setempat.
c. Mutu para lulusan
BLK
yaitu memiliki keterampilan yang tidak
kalah kualitasnya dengan lulusan perguruan tinggi. Buktinya mantan didikan BLK
sudah ada yang diminta oleh hotel-hotel ternama, perusahaan garmen, dan
instansi pemerintah yang membutuhkan tenaga kerja. Contohnya, sambungnya, di
BLK Jakarta Timur. Dari 60 orang yang menempuh pelatihan kerja di sana, hampir
50 persen diminta beberapa perusahaan untuk menjadi pegawai mereka.
c. Disnakertrans
bekerja sama
Cara lainnya, Disnakertrans juga membina
kerja sama dengan berbagai perusahaan untuk mengadakan pelatihan keterampilan.
Saat ini, Disnakertrans telah mengadakan pelatihan kerja sama bengkel dengan
Perusahaan Toyota Astra. Dari hasil pelatihan tersebut, Toyota Astra akan
melihat peserta didik yang dinilai berkualitas baik lalu diajak bergabung untuk
bekerja di perusahaannya
e. Mengenai Tingkat Penganguran
Terjadi karena Urbanisasi tidak bisa di
tekan ini terlihat pada setiap akhir tahun seusai labaran , Jakarta akan
menampung masyarakat yang dating dari provinsi lain.Untuk menekan arus
urbanisasi, mantan Walikota Jakarta Pusat ini menyatakan perlu kerja sama
dengan pemerintah provinsi lain. Dengan azas otonomi daerah, pembangunan di
luar Jakarta harus dapat diakselarasikan dengan di ibukota, sehingga tidak ada
lagi warga yang berbondong-bondong datang ke Jakarta untuk mencari pekerjaan.
Karena di daerahnya telah memberikan kesempatan pekerjaan yang lebih luas dari
ibukota.
Ketidak Stabilan angka Pengangguran Salah satunya disebabkan jumlah pencari kerja lebih banyak dari lowongan kerja yang ditawarkan dan penempatan kerja dari pencari kerja yang dianggap memenuhi kriteria yang dipersyaratkan perusahaan-perusahaan.
f. Kepedulian
Masyarakat
Mengapa kita peduli terhadap angka-angka
tersebut? Pertama, angkayang kurang akurat tidak akan menghasilkan perumusan
kebijakan yang tajam danlangkah-langkah penanganan yang saksama.
Kedua, masalah pengangguranberdampak luas terhadap kehidupan sosial dan politik yang pada gilirannya akanmemukul balik kestabilan makro-ekonomi yang telah dicapai dengan susah payah.
Kedua, masalah pengangguranberdampak luas terhadap kehidupan sosial dan politik yang pada gilirannya akanmemukul balik kestabilan makro-ekonomi yang telah dicapai dengan susah payah.
g. Dampak Negatif dari
pengangguran dan Penuntasanya
Seperti:beragamnya tindakan kriminal,
anak jalanan, pengemis, prostitusi, perdagangan anak, aborsi, pengamen dan
sebagainya sudah menjadi patologi sosial atau kuman penyakit sosial yang
menyebar bagaikan virus kankeryang sulit diberantas. Penyakit sosial ini sangat
berbahaya dan menghasilkankorban-korban sosial yang tidak ternilai. Menurunnya
kualitas sumber daya
manusia, tidak dihargainya martabat dan harga diri manusia yang merupakan korbansosial dari penyakit sosial ini sudah sangat merusak sendi-sendi kehidupankemanusiaan yang beradab. Karena itu persoalah pengangguran ini harussecepatnya dipecahkan dan dicarikan jalan keluarnya yang terbaik. Tentunya untuk menghilangkan pengangguran dalam situasi kehidupan ekonomi Bangsa yang sedang morat-marit ini adalah sesuatu yang tidak mungkin. Tetapi upaya mengurangi pengangguran bukanlah hal yang mustahil. Cara yang realistis dalam jangka pendek mengurangi pengangguran adalah memberdayakan sektor informal, padat karya dll disamping strategi jangka panjang seperti pemerataan wilayah pertumbuhan ekonomi melalui kebijakan desentralisasi. Sector informal dinilai sangat membantu menyerap orang-orang yang menganggur tetapi kreatif dan menjadi peredam di tengah pasar global. Namun bukan berarti sektor formal diabaikan. Jika ternyata sektor informal ternyata dapat menjawabi sebagian dari masalah pengangguran yang dihadapi Bangsa kita, maka sudah waktunya sektor informal ini didukung oleh pemerintah dengan menyiapkan anggaran. Anggaran ini bisa digunakan untuk dijadikan modal pengembangan usaha ekonomis produktif bagi pekerja-pekerja informal.
Keterbatasan mereka di dalam pendidikan sangat mudah dijadikan alat
manusia, tidak dihargainya martabat dan harga diri manusia yang merupakan korbansosial dari penyakit sosial ini sudah sangat merusak sendi-sendi kehidupankemanusiaan yang beradab. Karena itu persoalah pengangguran ini harussecepatnya dipecahkan dan dicarikan jalan keluarnya yang terbaik. Tentunya untuk menghilangkan pengangguran dalam situasi kehidupan ekonomi Bangsa yang sedang morat-marit ini adalah sesuatu yang tidak mungkin. Tetapi upaya mengurangi pengangguran bukanlah hal yang mustahil. Cara yang realistis dalam jangka pendek mengurangi pengangguran adalah memberdayakan sektor informal, padat karya dll disamping strategi jangka panjang seperti pemerataan wilayah pertumbuhan ekonomi melalui kebijakan desentralisasi. Sector informal dinilai sangat membantu menyerap orang-orang yang menganggur tetapi kreatif dan menjadi peredam di tengah pasar global. Namun bukan berarti sektor formal diabaikan. Jika ternyata sektor informal ternyata dapat menjawabi sebagian dari masalah pengangguran yang dihadapi Bangsa kita, maka sudah waktunya sektor informal ini didukung oleh pemerintah dengan menyiapkan anggaran. Anggaran ini bisa digunakan untuk dijadikan modal pengembangan usaha ekonomis produktif bagi pekerja-pekerja informal.
Keterbatasan mereka di dalam pendidikan sangat mudah dijadikan alat
komoditas politik untuk melakukan berbagai konflik sosial di tengah masyarakat Pengangguran erat kaitannya dengan kemiskinan dan kemelaratan. Ketidakmampuan memenuhi kebutuhan dasar seperti sandang, pangan dan papan menjerumuskan sebagaian besar manusia Indonesia ke jurang kemelaratan. Tidak tercapainya pemenuhan kebutuhan ekonomi ini akan menciptakan masalah-masalah social.
h. Sebab
langsung(direct causes)
Ada beberapa sebab langsung(direct
causes) terjadinya pengangguran besar-besaran di Indonesia yakni:
1) terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja,
1) terjadinya Pemutusan Hubungan Kerja,
2) Kelangkaan Lapangan Kerja,
3) Pemulangan TKI ke Indonesia,
4) Rasionalisasi karyawan dll.
Sebab langsung ini pada saat yang sama
menjadi akibat dari sebab-sebab yang lain. PHK disebabkan oleh perusahaan
bangkrut. Perusahaan bangkrut disebabkan oleh karena kredit macet/tidak mampu
mengangsur pinjaman Bank. Kredit macet disebabkan oleh krisis ekonomi yang
melanda bangsa ini sejak tahun 1997. Krisis ekonomi disebabkan oleh krisis
moneter(melemahnya nilai rupiah terhadap dolar AS). Krisis moneter disebabkan
oleh rusaknya ekonomi Indonesia. Kerusakan ekonomi ini disebabkan oleh adanya
mental korup, kolusi dan nepotisme (KKN) yang menggurita dan sistematik pada
semua lembaga negara dan swasta. Budaya KKN ini disebabkan oleh pemerintahan
yang kotor(tidak bersih). Masih bisa dicari lagi sebab-sebabnya misalnya
dekadensi(kemerosotan moral).
Gambar : Lulusan
sarjana menganggur
Dari berbagai sumber yang saya baca, ada beberapa
hal yang menyebabkan terjadinya pengangguran di Indonesia, antara lain sebagai
berikut:
1. Faktor Pertama berhubungan dengan Krisis GLOBAL
yang mendera Para Pemilik Bisnis atau Perusahaan. Ini merupakan faktor tidak
langsung yang menyebabkan banyak angkatan kerja yang sebenarnya sudah siap
kerja terpaksa harus menganggur, karena pihak perusahaan memilih strategi
rasionalisasi dan efisiensi sumber daya manusia yang mereka pekerjakan di
perusahaan mereka. Jadilah jumlah pengangguran di Indonesia bertambah, karena
tidak terserap lapangan kerja.
2. Faktor Kedua berhubungan dengan Gap antara
Kesempatan Kerja dan Jumlah Angkatan Kerja yang tinggi. Sekarang ini bisa
dibayangkan, begitu banyaknya mahasiswa-mahasiswi yang menjadi wisudawan dari
berbagai kampus di Indonesia. Tentunya jumlahnya tidak sedikit. Mereka ini
termasuk dalam Angkatan Kerja atau Manusia2 yang siap kerja. Sayangnya, jumlah
ini tidak berbanding lurus atau balanced dengan jumlah kesempatan kerja.
Jadinya, bisa diamati sendiri, fakta dilapangan menyebutkan bahwa satu
pekerjaan saja, diperlombakan oleh seribu calon pelamar kerja. Apa gak edan..
hiiiii... ngeri.. Just kidding lagi.. hehe.. temen2 bisa bayangin sendiri kok.
3. Pendidikan di Indonesia itu tidak efektif. Kenapa
dikatakan tidak efektif? Karena yang ditekankan pada manusia didiknya hanyalah
nilai di atas kertas, alias pengetahuan teoritis. Padahal di dunia kerja yang
dibutuhkan tenaganya adalah calon2 tenaga kerja yang memiliki skill, bisa juga
kita sebut life skill atau mungkin keterampilan. Misalnya saja seperti
keterampilan menggunakan aplikasi akutansi yang berkenaan dengan administrasi
perusahaan, tentunya bagi mereka yang ingin bekerja di kantoran. Atau juga
misalnya keterampilan memasak, kalau tertarik menjadi seorang koki di Hotel.
Jadi jangan diherani kalau banyak pengusaha yang memutuskan tidak memberikan
lapangan pekerjaan pada mereka2 yang tidak memiliki skill.
4. Pendidikan di Indonesia Tidak Membentuk Manusia
Creative, yang ada adalah membentuk manusia-manusia pasive yang berujung pada
kepasrahan. Ini bukan untuk meledek sistem pendidikan di Indonesia. This is
real, lihat aja pada kenyataannya, sekolah ini mendidik manusia2 yang siap jadi
pekerja, tapi tidak mendidik mereka memiliki daya kreasi untuk menciptakan
kerja atau dalam istilah lain menjadi pengusaha. Coba saja tanyakan pada diri
masing pribadi, untuk apa kita sekolah? Sebagian besar pasti menjawab, Ya biar
lulus nanti dapat kerja. Nah di sinilah letak kesalahan konsep pendidikan
Indonesia. Kapan majunya kalau kayak gini? Mungkin kita patut mencontoh
singapura, yang menghasilkan insan2 berotak pengusaha. Olehnya itu lewat
tulisan ini, semoga juga dibaca oleh para PEJABAT NEGARA, agar kiranya
memperhatikan aspek ini saat merancang konsep pendidikan Indonesia kedepannya.
Kalau aspek ini sudah diperhatikan, insyaAllah kita gak bakalan lihat lagi,
orang2 yang lebih menganggur dan pasrah, sebaliknya kita akan lihat banyak
pengusaha2 Indonesia yang kian maju dan berkembang jumlahnya.
BAB
III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pengangguran di
Indonesia yang telah mencapai puluhan juta orang
merupakan suatu masalah yang mendesak yang harus segera dipecahkan karena
dampak pengangguran itu akan sangat berbahaya bagi tatanan kehidupan sosial.
Adalah fakta bahwa berbagai kejahatan sosial seperti :
merupakan suatu masalah yang mendesak yang harus segera dipecahkan karena
dampak pengangguran itu akan sangat berbahaya bagi tatanan kehidupan sosial.
Adalah fakta bahwa berbagai kejahatan sosial seperti :
pencurian/penodongan/perampokan,
pelacuran, jula beli anak, anak jalanan dan
lain-lain merupakan dampak dari pengangguran. Dilihat dari dampaknya yang luas
terhadap tatanan kehidupan sosial, pengangguran telah menjadi kuman penyakit
sosial yang relatif cepat menyebar, berbahaya dan beresiko tinggi menghasilkan
korban sosial yang pada gilirannya menurunkan kualitas sumber daya manusia,
martabat dan harga diri manusia. Karena itulah maka melalui strategi komunikasi
pembangunan, kebijakan-kebijakan jangka pendek dan jangka panjang yang realistis
mutlak dilakukan agar angka pengangguran dapat ditekan/dikurangi.
lain-lain merupakan dampak dari pengangguran. Dilihat dari dampaknya yang luas
terhadap tatanan kehidupan sosial, pengangguran telah menjadi kuman penyakit
sosial yang relatif cepat menyebar, berbahaya dan beresiko tinggi menghasilkan
korban sosial yang pada gilirannya menurunkan kualitas sumber daya manusia,
martabat dan harga diri manusia. Karena itulah maka melalui strategi komunikasi
pembangunan, kebijakan-kebijakan jangka pendek dan jangka panjang yang realistis
mutlak dilakukan agar angka pengangguran dapat ditekan/dikurangi.
Dengan kebijakan yang
langsung menyentuh permasalahan pengangguran,
maka penyebab dari berbagai patologi sosial yang dialami masyarakat saat ini dapat
dikurangi. Berbagai masalah sosial perkotaan yang meresahkan masyarakat saat ini
berakar dari kesulitan hidup atau kesulitan ekonomi yang disebabkan oleh ketiadaan
sumber hudup(pekerjaan).
maka penyebab dari berbagai patologi sosial yang dialami masyarakat saat ini dapat
dikurangi. Berbagai masalah sosial perkotaan yang meresahkan masyarakat saat ini
berakar dari kesulitan hidup atau kesulitan ekonomi yang disebabkan oleh ketiadaan
sumber hudup(pekerjaan).
Pengangguran merupakan
problem yang terus menumpuk. Bertambah dari tahun ke tahun. Persoalan
pengangguran bukan sekedar bertumpu pada makin menyempitnya dunia kerja, tetapi
juga rendahnya kualitas SDM (sumber daya manusia) yang kita punyai.
Beberapa masalah lain yang juga berpengaruh terhadap ketenagakerjaan adalah masih rendahnya arus masuk modal asing, perilaku proteksionis sejumlah negara-negara maju dalam menerima ekspor komoditi, Beberapa masalah lain yang juga berpengaruh terhadap ketenagakerjaan adalah masih rendahnya arus masuk modal asing (investasi), stabilitas keamanan, perilaku proteksionis (travel warning) sejumlah Negara-negara barat terhadap Indonesia, perubahan iklim yang menyebabkan pemanasan global yang menjadikan krisis pangan didunia, harga minyak dunia naik, pasar global dan berbagai perilaku birokrasi yang kurang kondusif atau cenderung mempersulit bagi pengembangan usaha, serta tekanan kenaikan upah buruh ditengah dunia usaha yang masih lesu.
Beberapa masalah lain yang juga berpengaruh terhadap ketenagakerjaan adalah masih rendahnya arus masuk modal asing, perilaku proteksionis sejumlah negara-negara maju dalam menerima ekspor komoditi, Beberapa masalah lain yang juga berpengaruh terhadap ketenagakerjaan adalah masih rendahnya arus masuk modal asing (investasi), stabilitas keamanan, perilaku proteksionis (travel warning) sejumlah Negara-negara barat terhadap Indonesia, perubahan iklim yang menyebabkan pemanasan global yang menjadikan krisis pangan didunia, harga minyak dunia naik, pasar global dan berbagai perilaku birokrasi yang kurang kondusif atau cenderung mempersulit bagi pengembangan usaha, serta tekanan kenaikan upah buruh ditengah dunia usaha yang masih lesu.
Disamping
masalah-masalah tersebut diatas, faktor-faktor seperti kemiskinan,
ketidakmerataan pendapatan karyawan, pertumbuhan ekonomi dan stabilitas politik
juga sangat berpengaruh terhadap ketenagakerjaan di Indonesia.
Semua permasalahan hal diatas tampaknya
sudah dipahami oleh pembuat kebijakan (Decision Maker). Namun hal yang
tampaknya kurang dipahami adalah bahwa masalah ketenagakerjaan atau
pengangguran bersifat multidimensi, sehingga juga memerlukan cara pemecahan
yang multidimensi pula.
B. Saran
Memberikan motivasi
kepada para penganggur untuk bisa memasukan dirinya dalam lingkup pekerjaan.
Dan bagi pemerintah, membuka sebuah lapangan kerja dibidang keterampilan untuk
menampung kapasitas para penganggur.
DAFTAR PUSTAKA
1.Conyer Diana, 1994. Perencanaan Sosial
di Dunia Ketiga. Yogyakarta :
Gajah Mada University Press.
2.Studi Kasus di Kupang NTT. Tesis,
Pascasarjana UI, 1999.
3.. Harian Kompas, 25 Oktober 2003.
4. Harian Kompas, 10 September 2003
5. Harian Kompas, 27 September 2003.
6. Harian Pos Kupang, 20 Juni 2003.
7. Suarapublika, Novermber 2003.
8. Buku Ekonomi Pembangunan, Prayitno,
Hadi . Penerbit Ghalia Indonesia
9. Dok./ Beritajakarta.com
10. WWW.Google.com
11. Kompas Kamis 5 Februari 2009